BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN VLADIMIR ILYICH ULYANOV LENIN
Oleh : Eben Ezher Pakpahan, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Riau
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemikiran politik merupakan bidang kajian ilmu politik yang cukup penting.
Kajian pemikiran politik memfokuskan pada penyelidikan pemikiran-pemikiran dari
tokoh politik, filsuf politik, maupun kelompok sosial yang berpengaruh melalui
ide-ide politiknya. Pemikiran politik berkaitan erat dengan sejarah, filsafat
politik, dan hal-hal yang nilai, norma, etika, moralitas, dan idealisme
politik.
Pemikiran politik terdiri dari elemen-elemen ide, obsesi, potensi
intelektual, dan sosialisasi politik, yang merupakan representasi realitas
lingkungan sosial mengenai masalah Negara, masyarakat, dan kekuasaan. Menurut
Alfian (1986) potensi intelektual yang dimiliki seseorang memengaruhi
pemikirannya, dan juga proses sosial yang pernah diterima dari pengalaman
kehidupan dan lingkungannya, misalnya lingkungan keluarga, pendidikan, atau
organisasi sosial-politik yang pernah diikutinya. Singkat kata, disamping
faktor kecerdasan, corak pemikiran seseorang juga banyak dipengaruhi oleh
proses sosialisasi yang pernah didapatkannya dari lingkungan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari
pelaksanaan studi literatur serta penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui bagaimana biografi dan peran serta pemikiran Lenin dalam dinamika
pemikiran politik barat.
C.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
biografi singkat Lenin?
2.
Bagaimana
kehidupan pribadi dan karakteristik Lenin?
3.
Bagaimana peran
dan pemikiran Lenin
4.
Bagaimana
ideologi politik Lenin?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat Lenin
Lenin
bernama lengkap Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin, Simbirsk, Rusia, 22 April 1870
dan meninggal 21 Januari 1924 saat berumur 53 tahun. Kematiannya berawal ketika
ia ditembak tanggal 30 Agustus 1918, oleh seorang wanita bernama Fanya Kaplan
karena di anggap mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi
kesehatannya terus menurun. Akhirnya, ia meninggal dunia pada tanggal 21
Januari 1924 setelah terkena stroke sebanyak empat kali. jasadnya di balsem dan
ditempatkan di musoleum Lapangan Merah hingga saat ini.
Lenin
adalah tokoh revolusioner komunis Rusia, penganut ajaran Karl Marx, pemimpin
partai Bolshevik, Perdana Menteri Uni Soviet pertama, Kepala Negara de facto
pertama Uni Soviet dan tokoh yang memperkenalkan paham Leninisme. Nama Lenin
sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama sungai Lena, di
Siberia.
Vladimir
Ilyich Ulyanov Lenin adalah pemimpin politik pendiri Komunisme di Rusia. Ia
penganut Karl Marx yang meletakkan dasar politik Marxisme begitu kuatnya hingga
ke seluruh penjuru dunia. Lenin diakui sebagai salah seorang yang paling
berpengaruh dalam sejarah manusia. Lenin memimpin revolusi
pada taun 1917 dan berhasil membentuk diktatur poletariat seperti yang
diharapkan oleh Marx. Dengan pandangan yang dibayangkan oleh Marx terhadap
Undang Undang Dasar 1918 yang mencermikan tahap revolusi yang pertama, untuk
memusnahkan golongan-golongan kelas atas seperti penindas, tuan tanah, pejabat
agama, pengusaha, polisi dan lain sebagainya.[1] Ayahnya seorang pegawai negeri
Rusia yang berjuang untuk meningkatkan demokrasi dan pendidikan bebas untuk
semua orang di Rusia. Namun kakaknya Alexander adalah seorang tokoh radikal
yang dijatuhi hukuman mati karena terlibat dalam pembunuhan Tsar Alexander III.
Saat berumur 23 tahun, Lenin telah menjadi pengikut setia ajaran Marxisme
sehigga pada bulan Desember 1895 dia ditahan pemerintah Tsar karena kegiatan
politiknya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah
itu dia dibuang ke semenanjung Siberia.
B.
Kehidupan
Pribadi dan Krakteristik Lenin
Lenin memandang dirinya
sendiri sebagai orang penentu, dan meyakini hak atas sebab-sebabnya dan
kemampuannya sendiri sebagai pemimpin revolusioner. Biografer Louis
Fischer menyebutnya sebagai "seorang pecinta perubahan radikal dan
kebangkitan maksimum", seorang pria yang "tidak pernah menjadi
menengah kebawah. Ia merupakan seorang eksagerator hitam atau merah". Menyoroti
"kapasitas luar biasa atas karya kedisiplinan" dan "devosi sebab
revolusioner" Lenin, Pipes menyatakan bahwa ia
mencurahkan karisma penuh. Hal yang sama diutarakan oleh
Volkogonov yang meyakini bahwa "dengan kekuatan kepribadiannya, Lenin memiliki
pengaruh terhadap rakyat. Meskipun demikian, teman Lenin Gorky menyatakan
bahwa dalam penampilan fisiknya sebagai "orang berkepala botak, gempal dan
tegak", revolusioner komunis tersebut "terlalu biasa" dan tidak
memberikan "impresi menjadi seorang pemimpin". Kumpulan
tulisan-tulisan Lenin mengungkapkan secara rinci seorang pria dengan kehendak
besi, memperbudak sendiri disiplin diri, mencemooh lawan dan tantangan,
penentuan dingin fanatik, pengendalian fanatik, dan kemampuan untuk meyakinkan
atau menggertak orang lemah dengan keperluan tunggalnya, memaksakan intensitas,
pendekatan impersonal, pengorbanan pribadi, kecerdasan politik, dan keyakinan
penuh terhadap kepemilikan kebenaran mutlak. Hidupnya menjadi sejarah gerakan
Bolshevik.
Salah satu penulis biografi
Lenin, sejarawan Robert Service, menjelaskan bahwa Lenin merupakan
"seorang muda yang emosinya meledak-ledak” dan menunjukkan "kebencian
mendalam" terhadap "sedikit saja tanda-tanda pelanggaran hukum atau
korupsi" yang dilihatnya dalam pemerintahan Tsar. Service juga menyatakan
bahwa Lenin memiliki "ikatan batin" dengan para pahlawan ideologisnya
seperti Marx, Engels, dan Chernyshevsky yang ditunjukkan
dengan menyimpan foto-foto mereka, dan secara pribadi menyebut dirinya sendiri
"cinta" dengan Marx dan Engels. Menurut biografer Lenin James D.
White, Lenin menganggap tulisan-tulisan mereka sebagai "tulisan
suci", "dogma relijius", yang harus "tidak dipertanyakan
namun dipercaya". Dalam pandangan Volkogonov, Lenin menerima Marxisme
sebagai "kebenaran absolut", dan bertindak seperti "fanatik
relijius". Hal yang sama juga diutarakan oleh Bertrand Russell yang
menyatakan bahwa Lenin memamerkan "kepercayaan teguh – kepercayaan
relijius dalam injil Marxian". Biografer Christopher Read menyimpulkan
bahwa Lenin merupakan "orang sekuler yang setara dengan para pemimpin
teokratik yang memberikan pengesahan mereka dari kebenaran doktrin-doktrin mereka,
bukannya mandat populer". Lenin adalah seorang ateis dan kritikus
agama, meyakini bahwa sosialisme adalah ateistik inheren; ia
menganggap sosialisme Kristen adalah sebuah kontradiksi.
Lebih lanjut, Service
beranggapan bahwa Lenin bisa jadi sosok yang "sikap dan pendiriannya mudah
berubah", dan Pipes menyebutnya "pembenci setiap orang", sebuah
pandangan yang disangkal oleh Read, yang menyoroti beberapa hal dimana Lenin
menyimpan rasa baik hati, terutama kepada anak-anak. Menurut beberapa
biografer, Lenin, bersikap intoleran terhadap oposisi dan sering menyingkirkan
opini-opini yang berbeda dari miliknya sendiri. Ia akan "mengecam kritikan
terhadapnya dari orang lain", memberikan cemoohan, ejekan, dan
serangan ad hominem terhadap orang-orang yang tidak setuju
dengannya. Ia mengabaikan kenyataan yang tidak selaras dengan argumennya, menolak
berkompromi, dan sangat jarang membenahi kesalahannya sendiri. Ia
menolak untuk menarik opini-opininya, sampai ia menyangkalnya secara bulat,
setelah ia menerima pandangan baru jika hal tersebut tidak menyimpang. Meskipun
ia tidak menunjukkan sikap sadisme atau kepribadian yang menyukai tindak
kekerasan, Lenin mendorong tindak kekerasan terhadap orang lain dan menunjukan
pertidaktanggungjawaban terhadap orang-orang yang tewas karena sebab
revolusioner. Mengadopsi pendirian amoral, dalam pandangan Lenin pada
akhirnya selalu menjustifikasikan pengartian tersebut;[ menurut Service, Lenin
"mengkriteriakan moralitas secara sederhana: apakah tindakan tersebut
memajukan atau memundurkan sebab Revolusi?”[
Lenin yang pada bagian luar
tampaknya begitu lembut dan baik hati, yang suka tertawa, menyayangi binatang
dan rawan kenangan sentimental, berubah saat pertanyaan kelas atau politik
muncul. Ia sekaligus menjadi sangat kejam, tanpa kompromi, jahat dan pendendam.
Namun, bahkan dalam keadaan seperti itu, ia mampu membuat humor gelap.
Disamping bahasa Rusia,
Lenin dapat berbicara dan membaca bahasa Perancis, Jerman, dan
Inggris. Selain pemanasan fisik, ia giat bersepeda, berenang, dan
berburu, dan juga mengembangkan minat untuk mendaki gunung di
puncak-puncak Swiss. Ia juga pecinta hewan, terutama kucing. Meskipun
hidup berkemewahan, ia menjalani gaya hidup sederhana, dan Pipes menyatakan
bahwa Lenin "sangat sederhana dalam kebutuhan pribadinya", yang
berujung pada "gaya hidup yang keras dan hampir asketis". Lenin
menyukai kerapian yang ditunjukkan oleh meja kerjanya yang selalu tertata rapi
dan pensil-pensil yang selalu runcing, dan mengambil sikap ketenangan total
saat bekerja. Menurut Fischer, Lenin "tidak terlalu sombong", dan
karena alasan tersebut, ia tidak menyukai kultus personalitas yang
pemerintah Soviet mulai bangun untuknya; ia tidak pernah menerima bahwa hal
tersebut memiliki beberapa manfaat dalam menyatukan gerakan komunis.
Disamping politik
revolusionernya, Lenin membenci eksperimentasi revolusioner dalam sastra dan
seni rupa, selain mengekpresikan kebenciannya
terhadap ekspresionisme, futurisme, dan kubisme, dan
menyukai realisme dan sastra klasik Rusia. Lenin juga
memiliki pandangan konservatif terhadap seks dan pernikahan Sepanjang
kehidupan dewasanya, ia menjalin hubungan dengan Krupskaya, seorang Marxis
sejawatnya yang ia nikahi. Lenin dan Krupskaya merasa sedih karena mereka tidak
pernah memiliki anak, meskipun mereka dihibur teman-teman mereka Read
menyatakan bahwa Lenin memiliki "hubungan seumur hidup, hangat, dan sangat
dekat" dengan para anggota keluarga dekatnya, meskipun ia tidak
memiliki teman seumur hidup, dan Armand disebut sebagai satu-satunya orang
dekat kepercayaannya.
Secara etnis, Lenin diidentifikasikan
sebagai orang Rusia. Ia nampaknya tidak meyadari bahwa ibunya adalah
keturunan Yahudi, dan baru disadari oleh saudarinya Anna setelah Lenin
meninggal. Service menyebut Lenin "tidak terlalu sombong dalam hal
nasional, sosial dan kebudayaan". Pemimpin Bolshevik tersebut meyakini
bahwa negara-negara Eropa lainnya, khususnya Jerman, memiliki budaya superior ketimbang
Rusia, "salah satu negara yang terlalu kemalaman, abad pertengahan dan
bahkan terbelakang dari negara-negara Asia".Ia menyayangkan terhadap apa yang
ia anggap kurangnya kehati-hatian dan disiplin dari masyarakat Rusia, dan dari
masa mudanya, ia ingin Rusia menjadi lebih modern dari Eropa dan Barat.
C.
Peran dan Pemikiran
Lenin
Biarpun arti penting Lenin terletak pada seorang
pemimpin politik praktis, Lenin juga menunjang pengaruhnya lewat
tulisan-tulisan. Pikiran-pikiran Lenin tidaklah bertentangan dengan Marx tetapi
ada perubahan tekanan. Lenin kelewat terpukau oleh taktik-taktik revolusi dan
dia merasa punya kelebihan khusus dalam urusan ini. Dia tak henti-hentinya
menekankan perlunya penggunaan kekerasan: "Tak ada masalah apa pun dalam
hubungan perjuangan kelas dapat diselesaikan tanpa kekerasan," adalah
ungkapan khasnya. Marx hanya mengaitkan perlunya kediktatoran proletariat
sekali-sekali saja, tetapi Lenin sudah terlalu tergoda dengan itu. Misalnya
ucapannya: "Diktatur proletariat tak lain dan tak bukan daripada kekuasaan
berdasarkan kekerasan yang tak ada batasnya, baik batas hukum maupun batas
aturan absolut.”
Ide Lenin tentang kediktatoran sesungguhnya lebih
penting ketimbang politik ekonominya. Ciri terpokok pemerintahan Soviet
bukanlah di bidang politik ekonominya (banyak pemerintahan sosialis di banyak
negeri) tetapi ciri pokoknya lebih terletak pada teknik mempertahankan
kekuasaan politik untuk jangka waktu tak terbatas. Terhitung sejak saat Lenin
hidup, tak ada satu pun pemerintah Komunis di mana pun juga di dunia ini
--sekali berdiri dengan kokohnya-- dapat tergulingkan. Dengan pengawasan yang
seksama terhadap semua lembaga kekuasaan dalam negeri --mass media, bank,
gereja, serikat buruh dan lain-lain-- pemerintahan Komunis tampaknya sudah
mengikis adanya kemungkinan-kemungkinan penggulingan pemerintahan. Bisa saja
ada titik-titik lemah pada kekuatannya, tetapi tak seorang pun mampu
menemukannya.
Tidaklah jelas benar siapakah yang bisa dianggap
paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Saya beranggapan Marx
punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi
masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin
merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa
peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya
kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih
terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil. Dalam hal
memantapkan arti penting Lenin, orang jangan lupa betapa singkatnya masa
kekuasaan dipegangnya. Juga, berdirinya diktatur proletariat di Uni Soviet lebih
besar berkat Lenin ketimbang penggantinya, Stalin yang lebih keras.
Sepanjang hidupnya Lenin seorang pekerja keras dan
tekun. Dia seorang yang kenamaan dan jumlah buku yang ditulisnya tak kurang
dari 55 jilid. Dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk tujuan-tujuan revolusi,
dan meskipun dia mencintai keluarganya, dia tak mau pekerjaannya terganggu.
Ironisnya, biar dia menghabiskan sepenuh umurnya dalam percobaan melenyapkan
penindasan, hasil yang dicapainya dari perjuangan adalah penghancuran semua
segi kebebasan pribadi.
D.
Ideologi
Politik Lenin
Lenin adalah seorang
pemegang teguh Marxisme, dan meyakini bahwa interpretasinya terhadap
Marxisme – yang mula-mula disebut "Leninisme" oleh Martov pada 1904 –
adalah sebuah hal tunggal yang otentik dan ortodoks menurut sudut pandang
Marxis-nya, umat manusia akan meraih komunisme murni, menjadi tak bernegara,
tak berkelas, masyarakat buruh egalitarian yang bebas
dari eksploitasi dan alienasi, dikendalikan oleh pikiran mereka
sendiri, dan dijunjung dengan peran "dari setiap orang menurut
kemampuannya, menuju setiap orang untuk kebutuhannya". Menurut Volkogonov,
Lenin "sangat dan telah lama" meyakini bahwa wadah yang ia bentuk
pada Rusia akan langsung berujung pada pendirian masyarakat komunis tersebut.
Namun, kepercayaan Marxis
Lenin membuatnya memandang bahwa masyarakat tidak berubah langsung dari keadaan
saat ininya ke komunisnya, namun mula-mula harus memasuki periode sosialisme,
sehingga perhatian utamanya adalah bagaimana mengubah Rusia menjadi masyarakat
sosialis. Sampai disitu, ia meyakini bahwa kediktatoran proletatiat diperlukan
untuk menekan burjois dan mengembangkan ekonomi sosialis. Ia mendefinisikan
sosialisme sebagai "sebuah tatanan kooperator tersipilisasi dimana alat
produksi dimiliki secara sosial", dan meyakini bahwa sistem ekonomi
tersebut akan berakhir sampai masyarakat akan menjadi masyarakat
berkelimpahan. Untuk mencapainya, ia menempatkan ekonomi Rusia di bawah kontrol
negara agar menjadi perhatian utamanya, dengan – dalam kata-katanya –
"seluruh warga negara" menjadi "pekerja dari negara". Interpretasi
sosialisme Lenin tersentralisasi, terencana dan statis, dengan produksi
dan distribusi yang terkendali. Ia meyakini bahwa seluruh buruh di seluruh
negara tersebut akan secara sukarela bergabung bersama untuk mewujudkan
sentralisasi ekonomi dan politik di negara tersebut. Dalam cara tersebut,
seruannya untuk "kontrol buruh" dari ukuran produksi tak hanya menuju
kontrol langsung wirausaha-wirausaha oleh para pekerja mereka, namun operasi
seluruh wirausaha di bawah kontrol "negara buruh". Hal tersebut
menghasilkan dua tema yang bertentangan pada pemikiran Lenin: kontrol buruh
populer, dan aparatus negara koerktif, hierarkial dan tersentralisas.
Sebelum 1914, Lenin sangat
sepakat dengan Marxis Eropa ortodoks arus utama. Namun, Leninisme
mengenalkan revisi dan inovasi terhadap Marxisme ortodoks, dan mengadopsi sudut
pandang terdoktrinasi dan lebih absolut. Selain itu, Leninisme membedakan
dirinya sendiri dari varian-varian Marxisme oleh intensitas emosional terhadap
visi liberasionisnya dan fokusnya terhadap peran kepemimpinan proletatiat
penggerak revolusioner. Kemudian, Lenin memberikan pernyataan dari arus utara
Marxis tentang masalah bagaimana mendirikan sebuah negara proletarian; ia
meyakini bahwa aparatus negara yang kuat akan mengeluarkan kaum burjois yang
berkonflik dengan pandangan Marxis Eropa seperti Kautsky yang mendorong
pemerintahan demokratik parlementer dimana proletariat menjadi mayoritas. Selain
itu, menurut sejarawan James Ryan, Lenin adalah "pakar teori Marxis
pertama dan paling signifikan yang secara dramatis meningkatkan peran kekerasan
sebagai alat revolusioner". Lenin memasukkan peningkatan perubahan ke
dalam sistem kepercayaannya, dan realitas pragmatik dari pemerintah Rusia saat
menghadapi perang, bencana kelaparan, dan kejatuhan ekonomi yang membuatnya menyimpang
dari beberapa gagasan Marxis yang telah ia artikulasikan sebelum Revolusi
Oktober.
Gagasan-gagasan Lenin sangat
dipengaruhi oleh pemikiran yang telah ada sebelum gerakan revolusioner Rusia,
dan oleh varian-varian teoretikal Marxisme Rusia, yang sangat berfokus terhadap
bagaimana penulisan Marx dan Engels akan diterapkan kepada Rusia. Selain
itu, Lenin juga terpengaruhi oleh pemikiran sosialis Rusia seperti orang-orang dari
agrarian-sosialis Narodnik. Meskipun demikian, ia menampik Marxis yang mengadopsi
gagasan dari filsuf dan sosiolog non-Marxis kontemporer. Dalam penulisan
teoretikalnya, terutama Imperialisme, ia menyatakan bahwa apa yang
ia pikirkan adalah perkembangan dalam kapitalisme sejak kematian Marx, dengan
berpendapat bahwa telah terjadi tahap baru, kapitalisme monopoli negara. Sebelum
meraih kekuasaan pada 1917, ia meyakini bahwa meskipun ekonomi Rusia masih
didominasi oleh kaum petani, pada kenyataannya monopoli kapitalisme yang ada di
Rusia menandakan bahwa negara tersebut secara material bergerak menuju
sosialisme.
Lenin meyakini kebenaran
dipegang oleh Marx dan data dan argumen terpilih yang menggelembungkan
kebenaran tersebut. Ia tidak mempertanyakan naskah Marxis lama, ia
mengomentarinya, dan komentar tersebut menjadi sebuah naskah baru.
Lenin adalah seorang internasionalis dan
pendukung revolusi dunia, melampaui batas-batas dunia untuk menjadi sebuah
konsep dan nasionalisme dari perjuangan kelas. Ia meyakini bahwa di bawah
sosialisme revolusioner, akan ada "penggabungan negara-negara" dan pendirian
"Persatuan Negara-negara Dunia". Ia menentang federalisme, menganggapnya
burjois, dan sebagai gantinya menyerukan kebutuhan untuk negara uniter tersentralisasi. Lenin
merupakan seorang anti-imperialis, dan meyakini bahwa seluruh negara
menyajikan "hak penentuan nasib sendiri". Ia juga mendukung
perang-perang pembebasan nasional, menyatakan bahwa konflik tersebut merupakan
keperluan bagi sebuah kelompok minoritas untuk terpecah dari negara sosialis.
Ia mengekspresikan pandangan
bahwa "pemerintahan Soviet adalah beberapa juta kali lebih demokratis
ketimbang kebanyakan republik burjois demokratik", yang ia anggap
"demokrasi untuk kekayaan". Ia menuntut agar "kediktatoran
proletariat"-nya menjadi demokratis melalui pemilihan perwakilan untuk
soviet-soviet, dan para buruh memilih para pemimpin mereka sendiri, dengan giat
digilir dan melibatkan seluruh buruh dalam pemerintahan negara tersebut. Lenin
meyakini bahwa demokrasi perwakilan dari negara-negara kapitalis
telah digunakan untuk memberi ilusi demokrasi sesambil mengutamakan
kediktatoran burjois; saat menyinggung sistem perwakilan demokratis Amerika
Serikat, ia menyebutnya "duel spektakuler dan kurang berarti antara dua
partai burjois," yang keduanya dipimpin oleh "multi-jutawan
cerdik" yang mengeksploitasi proletariat Amerika. Ia juga menentang
liberalisme, mengeluarkan antipati besar terhadap kebebasan sebagai
sebuah nilai, dan meyakini bahwa kebebasan liberalisme adalah kecurangan
karena bukanlah kebebasan buruh dari eksploitasi kapitalis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak tokoh yang
menyumbangkan pemikirannya dalam pemikiran politik barat, salah satunya adalah
Lenin. Lenin
bernama lengkap Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin, Simbirsk, Rusia, 22 April 1870
dan meninggal 21 Januari 1924 saat berumur 53 tahun. Lenin adalah pemimpin
politik pendiri Komunisme di Rusia. Ia penganut Karl Marx yang meletakkan dasar
politik Marxisme begitu kuatnya hingga ke seluruh penjuru dunia. Lenin diakui
sebagai salah seorang yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Tanpa
peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya
kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih
terorganisir.
Lenin sendiri berpendapat bahwa masyarakat komunis
adalah masyarakat yang paling ideal di dalam sejarah manusia. Di dalam
masyarakat komunis, seluruh kebijakan politis diciptakan dengan berpegang pada
satu prinsip, yakni dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, dan kepada
setiap orang sesuai dengan kebutuhannya. Artinya, setiap orang bekerja sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Kerja adalah sesuatu yang mengembangkan
keseluruhan diri manusia, dan bukan lagi suatu keterpaksaan demi mempertahankan
keberadaan. Kerja juga merupakan suatu bentuk pengabdian nyata pada kepentingan
publik, dan tidak lalu berorientasi melulu pada kepentingan pribadi. Mekanisme
kerja akan dibuat sedemikian membebaskan, sehingga orang dapat mengembangkan
suatu budaya tinggi (high culture).
Budaya tinggi inilah yang mencegah berbagai kecurangan dan pelanggaran hukum di
dalam masyarakat komunis.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiarjo
Miriam. (1986). Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Komunisme Dan Istilah Demokrasi Dalam Terminologi Komunis. Jakarta: Gramedia.
Fischer,
Louis (1964). The Life of Lenin. London: Weidenfeld and
Nicolson.
Lee, Stephen
J. (2003). Lenin and Revolutionary Russia. London: Routledge.
Lenin,
V.I. (1974). The State and Revolution:
The Marxist Theory of the State and the Tasks of the Proletariat in the
Revolution. Moscow: Progress Publisher.
Lih, Lars T.
(2011). Lenin. Critical Lives. London: Reaktion Books.
Durham, North Carolina: Duke University Press.
Reza A.A
Wattimena. (2008). Masyarakat Komunis yang Ideal, Kekuasaan Diktator Proletariat, dan Partai
Revolusione di dalam Marxisme-Leninisme.
Jurnal Filsafat. (Diakses melalui https://rumahfilsafat.com/2008/07/26/belajar-dari-lenin-dan-marx/,
pada Minggu, 16 April 2017 pukul 08.52 WIB)
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-lenin.html
(Diakses pada Minggu, 16 April 2017 pukul 09.00 WIB)
[1]
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Komunisme Dan Istilah Demokrasi Dalam Terminologi Komunis, (Jakarta: Gramedia,
1986) h. 83-84.